GANGGUAN ADIKTIF

SIFAT BAHAN YANG MENYEBABKAN KETERGANTUNGAN DAN PENYALAHGUNAAN

Banyak orang yang telah mengkonotasikan obat sebagai sesuatu yang berbahaya. Kebanyakan orang Amerika menggunakan beberapa jenis obat psikoaktif, yaitu obat yang dapat mengubah kondisi psikologis seseorang, yang dilakukan kadang-kadang atau sering (rutin). Kebnayakan dari mereka membatasi diri mereka hanya pada obat yang legal seperti alkohol, nikotin, dan kafein, hal ini dikarenakan barang-barang itu bersifat legal, dan tidak seperti obat-obat terlarang. Tapi bagaimanapun juga, obat-obatan yang legal dapat merusak seseorang sama halnya dengan obat-obatan terlarang/illegal. Bahan psikoaktif tidak selalu merugikan atau berbahaya, ini terjadi apabila mereka sakit dan diberi resep obat oleh dokter, maka obat-obatan tersebut akan sangat menolong.

Perbedaan Antara Ketergantungan dan Penyalahgunaan

Dalam DSM-IV-TR seperti DSM-III & DSM IV, ketergantungan dan penyalahgunaan kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan bahan yang disalahgunakan. Kedua masalah tersebut diamsukan ke dalam kriteria behavioral/perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan pada obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-obatan tersebut. Faktanya bahwa seseorang yang memakai obat-obatan (legal/illegal) tidak mengindikasikan menyebabkan kecanduan/ketagihan.

Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau menyebabkan ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam hidupnya. Seseorang dapat dikategorikan substance dependence/ketergantungan obat-obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini. Kriteria-kriteria di bawah ini mempunyai reflek yang mendorong untuk menggunakan obat dan kehilangan kontrol, kriteria-kriteria itu antara lain:
1. Selalu memikirkan tentang obat
2. Pemakaian obat secara berlebihan yang tidak disengaja
3. Toleransi
4. Kemunduran
5. Keinginan terus-menerus atau usaha untuk mengontrol penggunaan obat-obatan
6. Tidak melakukan kegiatan sosial
7. terus memakai obat-obatan, meskipun terkena penyakit yang disebabkan memakai obat-obatan tersebut.

ALKOHOLIK
Mengacu pada individu yang memiliki masalah – masalah hidup akibat alcohol. Penggunaan alcohol dalam jumlah yang besar dan berat, atau yang lebih dikenal dengan problem drinker, memiliki hubungan yang erat dengan proses adjustment.
Alcohol digunakan sebagai anti depressan, yang mempengaruhi bagian pusat atas otak, sehingga berakibat pada kemampuan menimbang, proses berpikir rasional, dan menurunkan kontrol diri. Hilangnya koordinasi motorik dan penurunan persepsi rasa sakit, dingin, perasaan hangat, ekspansif dan mantap. Realitas yang tidak menyenangkan tidak lagi terasakan, dan perasaan adekuat dan self esteem meningkat, kehidupan dijalani tanpa ada rasa khawatir.
Efek yang dirasakan oleh alkoholik berupa gangguan fisik dan psikis, seperti :
1. Blackout atau hilangnya kesadaran, lupa akan segala yang telah terjadi sebelumnya.
2. Hangover adalah suatu kondisi ringan withdrawal yang berupa sakit kepala, pusing, dan lelah.
3. Rusaknya fungsi darah putih, yang dapat menyebabkan kekebalan tubuh berkurang atau rusak, sehingga peluang untuk timbulnya penyakit sangat besar.
4. Hiper sensitivitas dan depresi

KETERGANTUNGAN DAN PENYALAH GUNAAN ZAT
Obat – obatan psikoaktif yang sering disalahgunakan sehingga menimbulkan ketergantungan adalah :
1. narkotik, seperti opium dan derivatnya.
2. sedative, seperti barbiturate
3. stimulant, kokain dan amphetamine
4. obat anti – anxiety, seperti benzodiazepines.
5. halusinogen, LSD dan PCP.

HIPEROBESITAS
Masalah kelebihan berat badan adalah masalah yang timbul akibat dari pola makan yang berlebihan dan proses pembelajaran yang salah. Adanya penguatan pada factor pembelajaran conditioning, adanya anxiety, rasa bosan, dan luapan emosi yang berlebihan, yang dikaitkan dengan respon makan, reinforcement juga berperan penting dalam membentuk individu penderita obesitas.

JUDI YANG PATOLOGIS
Judi marak atau sudah dikenal sejak zaman dahulu, seringkali judi digunakan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu secara instant. Judi yang bersifat patologis sering disebut judi kompulsif, artinya, tingkah laku yang adiktif, yang dipengaruhinya kehidupan oleh perjudian. Judi kompulsif ini merupakan pola yang dipelajari dan resistance terhadap kondisi extinction. Keinginan untuk terus menang diartikan sebagai reinforcement daripada kekalahan yang diderita.
Kepribadian penjudi dapat dideskripsikan sebagai pola yang immature, pemberontak, pencari masalah, dan pada dasarnya psikopatik, dan biasanya memiliki kecenderungan narsistik.

Substance abuse/penyalahgunaan obat-obatan adalah perilaku maladaptive. Perbedaan antara substance dependence dan substance abuse tidak sesederhana permasalahan kadar atau tingkat. Penelitian telah menunjukan lebih jauh lagi tentang ketergantungan obat-obatan daripada menggunakan banyak obat (Leshner, 1999; Kalivas, 2003). Berdasarkan DSM-IV-TR, seseorang dapat dikategorikan substance abuse/penyalahgunaan bahan-bahan, jika dia menunjukan salah satu dari karakteristik berikut ini:
1. Sering melanggar peraturan/melalaikan kewajiban (contoh: bolos sekolah, melantarkan anak)
2. Sering menggunakan obat-obatan pada saat situasi berbahaya (contoh: menyetir mobil sambil mabuk)
3. Obat-obatan yang berhubungan dengan masalah legal (contoh: penangkapan karena perilaku yang buruk)
4. Terus menerus menggunakan obat, meskipun ada masalah pribadi/masalah sosial yang diakibatkan oleh obat (contoh: pertengkaran rumah tangga).

Teori dan Terapi

1. Pandangan Psikodinamik
Pada saaat ini, pemikiran tentang psikodinamik tentang unsur stres terkait dengan fungsi homeoststik pada obat-obatan. Kemampuan mereka untuk merubah kembali keseimbangan dalam menghadapi emosi yang menyakitkan (Brehm & khantzian, 1997).

Struktur kepribadian terdiri dari 3 unsur :
1. Id, sistem kepribadian yang orisinil, merupakan tempat berkumpulnya naluri – naluri , bersifat menuntut, tidak terstruktur, tidak disadari, dan mendesak.
2. Ego, sistem yang mengatur id dan super ego.
3. Super ego, sistem moral yang ada pada diri individu yang berasal dari nilai – nilai yang ada pada masyarakat dimana individu tinggal.

Dalam psikoanalisa manusia dipandang sebagai kumpulan system energi, dinamika kepribadian individu muncul karena adanya intrelasi id, ego dan super ego pada diri individu.
Perkembangan kehidupan yang normal berlandaskan resolusi dan integrasi fase – fase perkembangan psikoseksual yang berhasil. Perkembangan kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi sejumlah fase perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. Kecemasan sebagai dasar dari perepresian konflik – konflik dasar. Proses – proses tak sadar berkaitan dengan tingkah laku yang muncul saat ini.

Adanya Defense mechanism:
1. Denial, pertahanan menyangkal kecemasan dengan menghindari atau menolak keberadaan kenyataan yang mengancam.
2. Proyeksi, memaknakan sifat – sifat tertentu yang tidak bias diterima oleh ego kepada orang lain.
3. Fiksasi, terpaku pada tahap – tahap perkembangan yang lebih awal, karena mengambil langkah ketahap selanjutnya akan dapat menimbulkan kecemasan.
4. Regresi, pemunduran kepada fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutannya tidak terlalu besar.
5. Rasionalisasi, membuat alasan – alasan yang baik agar menghindarkan diri dari kecemasan.
6. Sublimasi, menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan – dorongannya.
7. Displacement, mengarahkan energi kepada objek atau orang lain, dimana objek atau orang yang sebenarnya tidak bisa di jangkau.
8. Represi, melupakan isi kesadaran yang bias membangkitkan kecemasan, mendorong kecemasan kea lam bawah sadar.
9. Formasi reaksi, melakukan tindakan yang berlawanan dengan ketidaksadaran, bertingkah laku sebaliknya.

Obat-obatan dan Konflik
Bagi orang dewasa dengan kecemasan yang tinggi, obat-obatan merupakan alat pelarian yang efektif. Halk ini terjadi karena kurangnya peranan model yang baik dan kemampuan mengatasi masalah tersebut. Orang dengan harga diri yang rendah, amphetamin dapat menimbulkan perasaan berkuasa. Yang menderita ketakutan dalam berinteraksi sosial, heroin dapat mengurangi penarikan diri dalam sosial.
Hubungannya dalam pengartian ini adalah ide dari penyalahgunaan unsur sebagai pengobatan pribadi. Sejalan dengan pemikiran psikodinamika sekarang ini, pembentukan perlindungan diri – kemampuan untuk mengendalikan dan menenangkan emosi – adalah tugas yang sangat penting sekali pada anak usia dini, dan ini terkait dengan kemampuan alamiah. Jika orang tua bersikap dingin dan tidak melindungi, anak tidak akan dapat memiliki kemampuan melindungi untuk lebih mendalam, sehingga akan tumbuh dan mudah tergoda dengan kepalsuan efek ketenangan dari obat.

Kebutuhan Lisan dan Ketergantungan
Teori psikoanalisa mengatakan bahwa frustasi kebutuhan lisan mungkin merupakan hasil pemberian asi pada saat kecil yang tidak menentu. Yang menyebabkan munculnya perasaan mendalam sebagai manifestasi dirinya dalam bentuk perilaku yang berhubungan, sama seperti halnya dengan penyalahgunaan/kecanduan obat atau kekenyangan.

Memperoleh Kepedulian Diri
Terapi bagi orang yang mengalami ketergantungan terhadap suatu unsur bertujuan untuk menyembuhkan kemampuan kepedulian terhadap diri sendiri. Contohnya, dalam bentuk dukungan singkat yang melambangkan pengembangan terapi oleh Laborsky (1984), penyalahgunaan kokain memberi interpretasi psikodinamika untuk membawa emosi yang menyakitkan di supresikan oleh obat, kemudian memberi dukungan sugesti untuk ditunjukkan bagaimana berunding dengan emosi tersebut.

2. Pandangan Behavioral
Psikologi dan Penghargaan Biokimia
Secara tradisonal, behaviorist memandang ketergantungan alkohol sama dengan kebiasaan kuat yang terus bertahan oleh berbagai hal yang terdahulu dan memperkuat akibatnya. Beberapa anggapan telah ditawarkan seperti untuk apa kunci penguatan, perjanjian sosial, kemampuan untuk terlibat berperilaku sosial santai, menghindari gejala psikologi penarikan diri, atau pengurangan tegangan psikologis. Dalam proses pengurangan ketidaknyamanan psikologis, beberapa dari kita mengambil jalan dengan minum, dan jika hal itu bekerja efektif, maka selanjutnya akohol menjadi sesuatu hal yang disukai dan dilakukan berulang-ulang. Secepatnya, tentu saja, minum berlebihan mungkin membuat dirinya jauh lebih stress, terutama rasa bersalah, diaman untuk mengurangi perasaan itu dengan cara minum lebih banyak lagi.

Belajar Untuk Tidak Menyalahgunakan Obat
Salah satu strategi utama untuk mempercayakan ketergantungan unsur pada kondisi kebencian: contohnya, alkohol yang dipasangkan dengan stimulus yang tidak menyenangkan, seperti kejuta listrik atau dorongan mual. Strategi lainnya dikenal sebagai tempat rahasia, melibatkan permintaan pada pasien untuk berimajinasi mual dan muntah yang terasa nyata, itu diartikan sebagai hasil dari menyalahgunakan obat (Cautela, 2000).
Masalah dari strategi ini yaitu, perilaku mereka disupresikan, mereka tidak melakukan apa-apa untuk mengubah keadaan yang menyebabkannya dan menjaganya. Dibawah pengaruh obat, lebih memperburuk kemampuan untuk mengatasinya, stress pun meningkat.

3. Perspektif Interpersonal
Isi permasalahan dari ketergantungan merupakan hal yang sering berhubungan dengan permasalahan dalam keluarga. Oleh karena itu, para ahli terapi menyarankan bahwa terapi dalam kelurga dapat menjadi jalan yang baik untuk memulihkan permasalahan tersebut. Apabila hubungan internal dalam kelurga telah membaik, mungkin penyalahgunaan obat-obatan akan berkurang.

Teori ini diidentikkan dengan teori psikososial, yang menekankan pada peran hubungan – hubungan personal dan studi tentang manusia dalam hubungan dengan orang – orang lain yang berpengaruh.
Adanya sitem diri, yaitu sebagai bentuk akibat adanya ancaman – ancaman terhadap rasa aman. System diri seseorang berkembang sebagai reaksi melawan terhadap kecemasan yang disebabkan oleh hubungan – hubungan interpersonal.

Teori ini juga menekankan pada proses – proses kognitif dalam perkembangan kepribadian. Sullivan menjabarkan corak pengalaman dalam pembentukan ego, yaitu :
1. Protaksis, yaitu menandai tahun pertama kehidupan, tidak adanya pemisahan waktu dan tempat, merupakan prasyarat bagi dua corak pengalaman yang lainnya.
2. Parataksis, yaitu ditandai oleh keseluruhan pengalaman yang tak terdiferensiasi yang dipecah kedalam bagian – bagian tanpa kaitan yang logis. Muncul pada masa kanak – kanak awal, anak akan menerima apapun yang terjadi tanpa evaluasi dan bereaksi terhadap orang lain dalam basis yang tidak realistis.
3. Sintaksis, yaitu ditandai dengan berkurangnya distorsi, terdiri dari aktivitas symbol yang disahkan secara mufakat, yang menjadi dasar bagi anak untuk mengevaluasi pemikiran – pemikiran dan perasaan – perasaannya sendiri terhadap pemikiran – pemikiran dan perasaan – perasaan orang lain, dan lambat laun, anak akan mengenal pola – pola hubungan dalam masyarakat. Sikap – sikap diri dibentuk oleh reaksi – reaksi orang lain yang berpengaruh.

Kepribadian tidak ditetapkan pada usia dini, dan kepribadian itu bisa berubah di kemudian hari, sejalan dengan perkembangannya hubungan – hubungan interpersonal baru. Manusia adalah makhluk yang dapat menyesuaikan diri, kepribadian dibentuk melalui tahapan perkembangan tertentu yang mencakup masa bayi, kanak – kanak, kanak – kanak akhir, praremaja, remaja awal, remaja akhir, dan kematangan.

Terapi Pasangan Secara Behavioral
Terapi pasangan secara behavioral baik sendiri maupun dalam kombinasi melalui konseling individual telah digunakan dalam beberapa tahun ini sebagai penyembuhan ketergantungan alkohol. Ini merupakan bukti bahwa pendekatan ini mampu untuk mereduksikan “minuman”. Dan ini merupakan suatu bukti yang baik, yang mampu mereduksikan permasalahan dalam suatu hubungan.
Sebagai contoh yang ada di dunia ini adalah sebuah kekerasan, telah ditemukan kekerasan dalam rumah tangga yaitu “pemukulan istri” kebanyakan dari mereka adalah seorang yang memiliki ketergantungan dengan alkohol. Dan kebanyakan dari mereka saat mereka minum mereka akan menjadi sosol penyerang. Dalam terapi pasangan behavioral berfungsi untuk mereduksikan suatu kekerasan, dan tentunya hal ini pula akan mereduksikan langsung terhadap minuman, sehingga mereka (peminum) dapat mengurangi atau bahkan berhenti dari kebiasaan minum.
Telah tercatat bahwa seorang pasien yang berhenti dalam melakukan kekerasan adalah seseorang yang berhenti dalam ketergantungan alkohol. Dan tentunya terapi ini tidak hanya dipergunakan oleh orang yang memiliki ketergantungan, tetapi juga dapat dipakai oleh para penyalahgunaan obat-obatan.

Terapi Keluarga
Terapi keluarga biasa dipakai oleh para remaja, terutama terapi dalam mengatasi kenakalan remaja, dan berbagai kesulitan dalam menangai remaja. Dalam terapi ini para ahli terapi mendasari terapi ini dengan kolaborasi dalam keluarga, akan teta[i bukan hanya keluarga yang dititik beratkan, namun berbagai institusi di sekeliling remaja, pekerjaan, sekolah, atau berbagai instansi yang menangani permasalahan remaja pun turut andil.
Para ahli terapi berasumsi bahwa apabila seseorang berhenti terhadap kesalahan dalam bertingkahlaku, maka sang ibu akan memiliki peranan yang kuat. Setelah dilakukan penyembuhan depresi oleh obat dan terapi kognitif, mereka diberi berbagai pelajaran yang efektif mengenai orang tua.

4. Perspektif kognitif
Dalam penelitian pengaruh positif dari alkohol adalah:
1). Metransformasikan pengalaman pada jalan positif
2). Menangani kesenangan sosial dan fisik
3). Mempertinggi penampilan seksual
4). Menambah semangat dan agresifitas
5). Mereduksikan tegangan

Sedangkan pengaruh negatif dari alkohol adalah:
1). Kehilangan kesadaran
2). Mengganggu penampilan
3). Mendorong seseorang untuk tidak mampu merespon terhadap lingkungan
4). Persfektif berpengaruh terhadap memori dan temperamen

Terapi Kognitif Behavioral
Terapi kognitif merupakan terapi behavioral, karena terapi ini merupakan bagian dari terapi behavioral itu sendiri, yang mana biasanya bersifat sementara. Sebagian besar teori kognif dan terapi merupakan subtasnsi ketergantungan pada dekade yang lalu yang mana telah di arahkan dalam perbaikan terhadap pengaruh pantangan dalam pelanggaran.

Para peneliti memulai untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang spesifik untuk memberikan petunjuk terapis itu semua tertuang dalam tiga kategori, yaitu:
1). Individual (intrapersonal)
2). Environmental (situasional)
3). Psychological

CBT aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.
Merupakan pengembangan teknik terapi behavioral tradisional, dalam CBT, teknik yang gunakan beragam, namun semuanya memiliki kesamaan dalam hal :
1. Relasi kolaboratif antara klien dengan konselor.
2. Masalah psikologis disebabkan dalam gangguan proses kognitif.
3. Berfokus pada perubahan kognisi
4. Waktu terbatas.

Teori ABC
Sebagai landasan teori RET, yang terdiri dari :
A. Actuating event, yaitu, peristiwa yang dialami oleh orang lain.
B. Belief atau keyakinan.
C. Hasil pemaknaan, emotional dan behavioral consequences.
D. Distrupting intervention,diperinci satu – persatu sampai klien dapat memahami apa yang dialami, distrupting intervention digunakan untuk mempertentangkan keyakinan, (defecting, debating, discriminate).
E. Efek, yang berupa emosi baru atau new belief.
F. New behavior atau new feeling.

5. Humanistik
Pandangan humanistik berfokus pada kondisi manusia., terutama pada sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Dalam melihat manusia, humanistik berpendapat bahwa individu dapat dipercaya, memiliki sumberdaya, memiliki kemampuan memahami, diri dalam mengarahkan diri, dapat membuat peruabahan konstruktif dan dapat hidup efektif dan produktif (kesadaran diri, kebebasan, tanggung jawab, kecemasan, penciptaan makna).

ANALISIS

PENDEKATAN PSIKOANALISA
1. Alkoholik
Terjadinya gangguan dalam tahap oral, sehingga menyebabkan pemuasan dorongan berasa di oral orientation, dimana seseorang yang mengalami kecemasan akan melakukan sesuatu yang dapat memuaskan dorongannya yang bersifat oral orientation. Kecemasan terjadi karena adanya gangguan interelasi antara id dan super ego, orang yang alkoholik menandakan adanya system ego yang lemah.
2. Ketergantungan Zat

3. Hiper Obesitas
Terjadinya gangguan dalam tahap oral, sehingga menyebabkan pemuasan dorongan berasa di oral orientation, dimana seseorang yang mengalami kecemasan akan melakukan sesuatu yang dapat memuaskan dorongannya yang bersifat oral orientation (memakan makanan secara berlebihan). Kecemasan terjadi karena adanya gangguan interelasi antara id dan super ego, orang yang hiperobesitas menandakan adanya system ego yang lemah.

4. Judi yang patologis
Terjadinya gangguan dalam tahap anal, sehingga menyebabkan penjudi memiliki hasrat untuk menang, dimana seseorang yang mengalami kecemasan akan melakukan sesuatu yang dapat memuaskan dorongannya dengan cara mendominasi agar bisa memenagkan perjudian.

PENDEKATAN BEHAVIOR
1. Alkoholik
Terjadi kesalahan dalam proses pembelajaran, melakukan coping pada model yang salah, seorang yang menirukan model yang seorang alkoholik akan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi seorang alkoholik juga. Tidak menutup kemungkinan juga seseorang menjadi alkoholik karena mendapatkan reward berupa kepuasan jika mengkonsumsi alcohol ketika menghadapi suatu kondisi stress.
2. Ketergantungan Zat
Seseorang menjadi pecandu karena mendapatkan reward berupa kepuasan jika mengkonsumsi zat psikoaktif ketika menghadapi suatu kondisi stress.
3. Hiper Obesitas
Terjadi kesalahan dalam proses pembelajaran, melakukan coping pada model yang salah, atau seorang anak yang mendapatkan reward jika makan banyak, sehingga kana menimbulkan penguatan akan perilaku makan yang berlebihan.

4. Judi yang patologis
Adanya preses reward jika melakukan perilaku berjudi, adanya presentasi reward yang cukup besar pada orang yang berjudi, dimana keuntungan yang diperoleh jika memenangkan perjudian seseorang akan mengalami kepuasan dan akan meningkatkan perilaku berjudi secara intens.

PENDEKATAN HUMANISTIK
1. Alkoholik
Terjadi kecemasan yang mengakibatkan seseorang tidak mampu mengoptimalkan potensi dirinya, dan terjadinya reaksi penolakan dari orang lain yang menyebabkan individu mengalami kondisi cemas, yang menyebabkan individu lari dari kecemasan tersebut karena tidak dapat mengoptimalkan potensinya.
2. Ketergantungan Zat
Adanya kecemasan yang mengakibatkan seseorang tidak mampu mengoptimalkan potensi dirinya, dan terjadinya kekosongan diri dan merasa terasingkan, yang menyebabkan individu lari dari kecemasan tersebut karena tidak dapat mengoptimalkan potensinya.

3. Hiper Obesitas
Adanya kecemasan yang mengakibatkan seseorang tidak mampu mengoptimalkan potensi dirinya, dan terjadinya kekosongan diri dan merasa terasingkan, yang menyebabkan individu lari dari kecemasan tersebut karena tidak dapat mengoptimalkan potensinya.

4. Judi yang patologis
Adanya kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi, mulai dari kebutuhan yang bersifat fisiologis, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri. Seorang penjudi melakukan perjudian demi memenuhi kebutuhan taraf fisiologis, namun ada beberapa yang menjadikan perjudian sebagai lambing aktualisasi diri.

PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOR
1. Alkoholik
Terjadinya perilaku abnormal karena adanya konsep atau pemikiran irasional, yang menyebabkan individu bertingkahlaku maladptif. Seorang alkoholik memiliki pemikiran – pemikiran bahwa dengan mengkonsumsi alcohol akan memberikan kebaikan pada dirinya.
2. Ketergantungan Zat
Terjadinya perilaku abnormal karena adanya konsep atau pemikiran irasional, yang menyebabkan individu bertingkahlaku maladaptif. Seorang pecandu memiliki pemikiran – pemikiran bahwa dengan mengkonsumsi candu akan memberikan kebaikan pada dirinya.

3. Hiper Obesitas
Terjadinya perilaku abnormal karena adanya konsep atau pemikiran irasional, yang menyebabkan individu bertingkahlaku maladaptif. Seorang penderita obesitas memiliki pemikiran – pemikiran bahwa dengan makan makanan secara berlebihan akan memberikan kebaikan pada dirinya dan menjadikannya sehat.

4. Judi yang patologis
Terjadinya perilaku abnormal karena adanya konsep atau pemikiran irasional, yang menyebabkan individu bertingkahlaku maladaptif. Seorang penjudi memiliki pemikiran – pemikiran bahwa dengan berjudi dia bisa memiliki kekayaan dalam waktu singkat.